Ini kisah tentang
kecemburuan. Rasa yang terlahir dari sebongkah iri, tak dapat memiliki, hingga
ingin menginjak-injak siapapun yang mempunyai. Setitik kecemburuan itu
dipayungi rasa. Rasa yang mewujudkan segalanya dalam mula. Subjektif dalam
definisi, sering kali menjadi alasan mendampingi perbuatan. Rasa itu cinta. Kau
pasti pernah merasakannya. Jika kita percaya cinta berdimensi dua, mungkin
milikmu dan mereka berbentuk waru terotasi pada umumnya. Sayangnya, milikku
mewujud segitiga.
***
Kekaguman itu telah
bertengger lama. Di tempat ini, setiap aku datang, ia selalu ada. Ini pandangan
pertama. Tak banyak bicara, nampaknya aku mengerti jika benar ia kaku. Meski
begitu, aku suka ia yang setia menunggu kehadiranku, bahkan saat matari
menyengat tak bersahabat. Mengetahui kesetiaan luar biasa layaknya itu, siapa
yang tak menjura? Aku bahagia.
Ternyata alam hanya
meminjamkan bahagia itu sebentar. Happy
ending mungkin hanya angan-angan. Meski tak kena matari, kebahagiaanku menguap
lepas ke udara begitu saja. Melayang, tak memperbolehkanku menggapainya
kembali.
Beberapa hari lalu saat
aku datang, kulihat ia yang kaku berubah bahagia. Tak pernah sebelumnya
kusaksikan parasnya begitu bersinar sebelumnya, bahkan saat waktu kedatanganku
tiba. Oh, tidak. Kukira laki-laki itu penyebabnya. Duduk mesra berdua
dengannya, meski mereka tahu aku di depan mata. Tak terima, kuminta
penjelasannya. Kekasihku si kaku menjawab apa adanya.
"Aku lebih suka
dengannya. Jika tak terima, jangan kau datang lagi!"
Kepingan kecewa luruh bersamaan dengan runtuhan
hati. Bagaimana mungkin aku tak datang lagi. Sampai kapanpun aku akan selalu
datang, meski diriku sendiri tak mengingini. Ia hanya memanfaatkanku demi
perhatian laki-laki itu. Jika aku datang, lelaki penyuka hujan itu akan duduk
bersamanya, di pangkuannya.
Aku mencintaimu, meski
kau mencintai lelaki itu. Dan kau tetap mencintainya meski kau tahu ia
mencintaiku.
Ini jelas segitiga yang masing-masing sudutnya
berdiam aku sang tetes hujan, ia si jendela kaku dan seorang lelaki pencinta
hujan. Apa ini juga disebut cinta?
*Ditulis untuk project "Ini Juga Disebut Cinta"
No comments:
Post a Comment