Pages

Wednesday, June 6, 2012

Segitiga - Flash Fiction



Ini kisah tentang kecemburuan. Rasa yang terlahir dari sebongkah iri, tak dapat memiliki, hingga ingin menginjak-injak siapapun yang mempunyai. Setitik kecemburuan itu dipayungi rasa. Rasa yang mewujudkan segalanya dalam mula. Subjektif dalam definisi, sering kali menjadi alasan mendampingi perbuatan. Rasa itu cinta. Kau pasti pernah merasakannya. Jika kita percaya cinta berdimensi dua, mungkin milikmu dan mereka berbentuk waru terotasi pada umumnya. Sayangnya, milikku mewujud segitiga.

***


Kekaguman itu telah bertengger lama. Di tempat ini, setiap aku datang, ia selalu ada. Ini pandangan pertama. Tak banyak bicara, nampaknya aku mengerti jika benar ia kaku. Meski begitu, aku suka ia yang setia menunggu kehadiranku, bahkan saat matari menyengat tak bersahabat. Mengetahui kesetiaan luar biasa layaknya itu, siapa yang tak menjura? Aku bahagia.

Ternyata alam hanya meminjamkan bahagia itu sebentar. Happy ending mungkin hanya angan-angan. Meski tak kena matari, kebahagiaanku menguap lepas ke udara begitu saja. Melayang, tak memperbolehkanku menggapainya kembali.

Beberapa hari lalu saat aku datang, kulihat ia yang kaku berubah bahagia. Tak pernah sebelumnya kusaksikan parasnya begitu bersinar sebelumnya, bahkan saat waktu kedatanganku tiba. Oh, tidak. Kukira laki-laki itu penyebabnya. Duduk mesra berdua dengannya, meski mereka tahu aku di depan mata. Tak terima, kuminta penjelasannya. Kekasihku si kaku menjawab apa adanya.

"Aku lebih suka dengannya. Jika tak terima, jangan kau datang lagi!"

Kepingan kecewa luruh bersamaan dengan runtuhan hati. Bagaimana mungkin aku tak datang lagi. Sampai kapanpun aku akan selalu datang, meski diriku sendiri tak mengingini. Ia hanya memanfaatkanku demi perhatian laki-laki itu. Jika aku datang, lelaki penyuka hujan itu akan duduk bersamanya, di pangkuannya.

Aku mencintaimu, meski kau mencintai lelaki itu. Dan kau tetap mencintainya meski kau tahu ia mencintaiku.
Ini jelas segitiga yang masing-masing sudutnya berdiam aku sang tetes hujan, ia si jendela kaku dan seorang lelaki pencinta hujan. Apa ini juga disebut cinta?



*Ditulis untuk project "Ini Juga Disebut Cinta"

No comments:

Post a Comment