Pages

Tuesday, January 15, 2013

Orang Ketiga Pertama

Di lapangan luas ini, mengendap, aku mengintip di balik rimbun semak. Kusembunyikan tubuhku pintar-pintar dari penglihatan keramaian di sana. Puluhan bahkan ratusan orang berjajar dalam barisan yang rapi. Termasuk ia. Kawanku, lelaki kumal bodoh berada di barisan awal. Di depannnya, belasan orang menenteng senapan berteriak-teriak kejam. Aku tak pernah mengerti ini apa dan untuk apa. Ternyata aku pun sebodoh ia.

Lalu kudengar suara senapan diletuskan dua kali. Kututup mataku cepat rapat-rapat. Ternyata aku bukan hanya bodoh, tapi juga penakut. Saat bunyi letusan usai, mataku mengerjap terbuka. Dua pria di sebelah lelaki kumal dan bodoh itu tak lagi berdiri. Mereka terbaring mati. Terlihat punggung kawanku berguncang ketakutan. Mungkin karena peluru yang melaju begitu dekat dengannya. Mungkin juga ia berpikir setelah ini gilirannya. 

Seorang dari grup pembawa senapan tertawa seraya menepuk pundak sang lelaki kumal.
"Kau beruntung. Undian kami berhenti di angka tiga. Kau orang ketiga pertama yang selamat."
Kawanku itu kemudian jatuh terduduk dengan kaki yang terus menerus gemetar. Mungkin ia menangis, atau juga bersyukur. Aku tak tahu.
  
Semenjak itu ia, si bodoh, menghabiskan sisa hidupnya dengan terus menerus mengatakan. 
"Ajari aku berhitung, ajari aku berhitung." 




*kisah ini fiksi, tak berkaitan dengan kejadian apapun

No comments:

Post a Comment