Pages

Monday, January 14, 2013

Pukul 2 Dini Hari

"Jangan takut bermimpi!" kata-kata siapa itu? aku tak setuju.
Aku takut tidur dan bermimpi. Siapa bilang mimpi itu semenyenangkan berbaring di padang rumput, setenang mengagumi lama-lama langit biru, juga seseru berkejaran dengan rusa-rusa yang asik bermandi sinar?

Yang ada dalam mimpiku hanya monster seram yang melulu membawa senapan. Kadang pula raksasa yang tak segan memberikan pukulan hingga berakibat rasa sakit luar biasa. Bahkan makhluk merah buruk rupa dengan tanduk di kepalanya yang kerap melontarkan cacian tak pantas. Aku ingin lari semampu kaki pergi. Tak ingin kembali aku melihat mimpi ini. Aku ingin bangun kembali, karena kuyakin ini hanya mimpi.

Satu, dua, tiga. Kuperintahkan mataku untuk membuka. Belum bekerja. Sekali lagi.
Satu, dua, tiga. Kuajak otakku kembali ke alam nyata. Ah, masih enggan juga.
Satu, dua, tiga. "Tuhan, tolong bangunkan aku secepatnya!"

Bukan Tuhan yang tak mendengar doa. Bukan pula otak dan mataku yang tak menuruti fungsinya.

Aku salah alamat. Aku bermain ke mimpi ibu. Pukul dua dini hari, aku akhirnya tersadar dan mengetahui ibu di sampingku tak bangun lagi. Kepala dan tubuhnya berdarah-darah. Dalam kegelapan, aku samar menyaksikan. Makhluk seram itu mewujud satu nyata. Lengkap dengan tanduk dan senapannya. Cahaya bulan merayap pelan di balik jendela, sedikit lagi aku mampu melihatnya jelas. Aku tak percaya. Itu ayah.




No comments:

Post a Comment