Pages

Friday, November 15, 2013

#5BukuDalamHidupku | Menyusuri Ensiklopedia

Tak punya terlalu banyak waktu dengan orang tua yang mesti bekerja, saat kecil, saya dan seorang kakak perempuan seringkali hanya berdua di rumah sepulang sekolah. Selain adu mulut dan bertengkar karena masalah sepele khas anak-anak, kami biasa bermain apa saja. Jika keduanya sudah terasa membosankan, kami membaca. Sayang, dibandingkan dengan koleksi milik sepupu, buku dan majalah kami yang hanya beberapa buah terlihat sangat minus. Hanya sekadar buku warisan yang halamannya menguning (anak-anak tak suka itu), beberapa majalah, juga beberapa komik hasil merengek di toko buku beberapa kali. Jika sudah bosan berkali-kali mengkhatamkan buku yang sama, kami akan mengajukan protes pada mama, mengapa kami tak memiliki buku sebanyak koleksi sepupu. Mama menjawabnya dengan sederhana. Uang mama dan papa tak sebanyak uang om dan tantemu. Setiap kali, mama akan mengingatkan hal yang sama. Sederhana. Tapi mengena. Jadi, saya dan kakak hanya terus berusaha merengek dan terus mengulang bacaan-bacaan yang sama. Sampai hapal hingga ke detail plot dan gambarnya. 

Setiap akhir pekan, sebelum jadwal berkunjung ke rumah kakek, kami selalu meminta untuk mampir ke rumah sepupu. Apalagi yang mampu membuat gembira selain melihat rak-rak dengan komik seri lengkap, buku cerita berwarna, juga majalah-majalah tanpa terlewat satu edisi pun? Dan yang paling membuat gembira, kami diperbolehkan untuk meminjamnya, dengan janji mengembalikan sesuai dengan kondisi semula, begitu sudah selesai dibaca. Secara kontinyu, kami meminjam komik-komik anak. Sampai suatu kali, kami melihat buku-buku besar yang direkomendasikan oleh sepupu. Setiap halamannya tebal dan yang penting penuh ilustrasi dan berwarna. Seri yang dimilikinya lengkap. Tiap seri menceritakan hal-hal yang berbeda. Ensiklopedia itu berjudul : "Widya Wiyata Pertama Anak-Anak" Karena merasa ensiklopedia akan penting bagi kami, mama meminjam ensiklopedia-ensiklopedia itu. Setiap kali satu seri. Hitungan hari setelahnya, sudah ada ensiklopedia yang sama bagi kami. Hanya saja lebih buram. Hitam-putih. Ternyata mama membawanya ke fotokopi dan menjilidnya rapi. Jadi, masalah selesai, dan kami punya ensiklopedia yang sama. Meski dengan protes kecil sana-sini, mau tak mau ensiklopedia itu membahagiakan juga.

Saya melihat ensiklopedia yang sama di sebuah perpustakaan ketika mengajar anak-anak beberapa minggu yang lalu. Di antara buku-buku yang lebih menarik dan berwarna, ensiklopedia-ensiklopedia itu dijajarkan pada ujung bawah rak yang susah terlihat. Ketika dibebaskan memilih buku, anak-anak pun tak berniat memilihnya. Mungkin penanda bahwa ensiklopedia itu telah kehilangan pembacanya? Entahlah. Yang jelas kemudian ensiklopedia itu menjadi mesin waktu yang membawa saya kembali ke salah satu serinya.

Yang paling saya ingat adalah seri Kehidupan Sehari-hari. Ia menjawab banyak hal yang terkadang tak pernah terpikirkan di kepala seorang gadis kecil. Misalnya, mengapa tidak boleh menonton sambil makan, mengapa seorang kakak harus mengalah pada adik, mengapa kita tidak boleh bermain di jalan, dan sebagainya. Jawaban-jawaban ensiklopedia itu sangat mudah dipahami anak-anak. Jadi saya selalu bergaya, jika saya berbuat nakal dan membuat kakak marah, misalnya. Akan saya gunakan bab tentang mengalah kepada adik sebagai senjata. Di luar itu, ensiklopedia  itu mengajari saya banyak hal. Meski sekadar logika-logika kecil yang tak mungkin tak berarti apapun untuk orang dewasa, namun berarti besar bagi anak-anak. Juga, melatih saya untuk membaca tentang pengetahuan dengan cara yang menyenangkan. Rasanya bacaan di usia-usia awal di luar fiksi yang masih begitu teringat di kepala saya adalah ensiklopedia. Tentunya itu mempengaruhi cara membaca yang terbiasa dengan banyak gambar pada komik, untuk mulai beranjak pada tulisan dan belajar melogika banyak hal. Dan yang paling penting, untuk belajar tidak sirik dengan koleksi buku orang lain! :)

No comments:

Post a Comment