Pages

Friday, June 3, 2016

Musical Journey 3 : Semangat Berkembang String Orchestra of Surabaya

Mengakhiri sebuah perjalanan bukan menjadi hal mudah. Ekspektasi pada sebuah penutupan yang apik menciptakan tantangan tersendiri untuk para penampil. String Orchestra of Surabaya (SOOS) memungkaskan rangkaian konser orkestra Musical Journey-nya di Ciputra Hall, Rabu, 25 Mei 2016 lalu. Konser ini menyimpan begitu banyak semangat musikal dan pendidikan, dengan nyaris seluruh personel adalah anak didik dari Shienny Kurniawati dan Finna Kurniawati. 

Musical Journey 3 : A Classical Night ini menjadi suatu perjalanan yang menarik dengan memilih untuk menghadirkan komposisi-komposisi dari Bach, Mozart, Albinoni, hingga beberapa komposisi dari album Sounds of Indonesia milik sang conductor tamu, Addie MS. Finna dan Shienny memberikan ruang selebar-lebarnya pada bakat-bakat baru Surabaya. Penampilan dibuka oleh ensemble muda SOOS yang membawakan simfoni-simfoni pendek. Old English Dance (1886) yang bernuansa lincah dipilih sebagai pembuka. Melodi-melodi sederhana khas suasana ayunan tarian menuntut kerjasama dan kekompakan baik dari pemain biola dan harpa. Setelah lincah menari, audiens dibawa pada ketenangan dari Melody milik A Corelli. Piano dan Harpa diberikan ruang tampil yang lebih besar di La Golondrina karya Narciso Serradesi.



Menggantikan children ensemble, SOOS menghadirkan Concerto for Violin and Oboe in D minor, BWV 1060R. Membawa Oboe ke garis depan dengan Arjuna Bagaskara sebagai solist, dan Addie MS sebagai conductor, SOOS tampak ingin menampilkan sesuatu yang berbeda. Meski kerapatan not tak terlalu penuh, namun oboe dan strings yang saling menyahut menjadi hal utama yang mesti ditonjolkan, yang membutuhkan keselerasan baik timing, padunya melodi, dan karakter, agar menjadi sebuah keutuhan komposisi Barok yang menyenangkan. Finna Kurniawati dan Arjuna Bagaskara bekerja baik untuk mengimbangi orkestra. Komunikasi dengan conductor pun terjalin cukup baik. Setelah first movement yang repetitif dan lincah, audiens dibawa pada movement kedua yang tenang dan mengalir. Adrenalin dipacu kembali melalui Allegro, movement ketiga yang cepat dan rapat. Baik Oboe maupun strings dituntut menampilkan running melodi yang panjang dan prima.

Audiens kemudian dibawa ke era klasik melalui Violin Concerto No.4 in D Major, K.218 milik Mozart. Movement pertama Allegro membawa keriaan yang berbeda. Movement ini bertumpu pada staccato-staccato pada melodi sekaligus menjadikan sebuah artikulasi yang jelas. Dinamika pun mengambil tempat penting. Movement kedua Andante Cantabile mengalir dengan legato yang syahdu. Komposisi yang disusun Mozart sepanjang Juni hingga Desember 1775 ini menjadi  menyenangkan dengan ditutup oleh movement ketiga, Andante Grazioso Rondeau yang tegas. 

Setelah intermission, Addie MS sempat membagikan sepenggal cerita tentang bagaimana ia bertemu Finna dan Shienny pertamakalinya di Beijing, dan betapa ia mengapresiasi kerja keras mereka untuk berjuang membentuk SOOS dan menjaga eksistensinya. Perjalanan membentuk SOOS yang terkendala berbagai halangan tak membuat Shienny dan Finna menyerah. Sempat bermain di Twilite Orchestra, mereka banyak berbagi kisah dalam perjalanannya dengan Addie MS. Proses dan semangat mengembangkan musik klasik di dalam negeri begitu diapresiasi oleh sang guest conductor.

Komposisi dari Tomasso Albinoni, Concerti a Cinque, Op.5 dipilih untuk mengembalikan mood audiens ke dalam pertunjukkan. Diramaikan dengan berbagai running-running notes yang megah. Nuansa opera khas Albinoni menguar dari movement-movement yang ditampilkan. Mozart kembali hadir dengan Exsultate, Jubilate, KV 165. Soprano Joyce Deborah Thungriallu lincah dan bertenaga dalam menyampaikan lirik. Joyce berhasil menggaungkan kesan liturgi, tanpa perlu tenggelam di antara iringan strings dari SOOS. 

Bagian akhir yang hidup dan menyenangkan disampaikan melalui beberapa komposisi lagu daerah dari Sounds of Indonesia milik Addie MS. Manuk Dadali, Bengawan Solo, Ayam Den Lapeh. Ketiga komposisi yang sejatinya dibawakan oleh Prague Philharmonic Orchestra, juga dibawakan baik dan hidup oleh SOOS. Audiens diajak berkeliling Nusantara dengan ketiga komposisi terakhir, sebelum akhirnya beranjak dari gedung pertunjukan.

Sejalan dengan Addie MS, semangat Finna Kurniawati dan Shienny Kurniawati yang mengabdi untuk musik klasik Indonesia patut diberikan apresiasi, juga untuk sebuah ruang dan kesempatan besar yang mereka berikan untuk bakat-bakat baru demi perkembangan musik simfoni Indonesia di masa mendatang.  

No comments:

Post a Comment